Beberapa waktu yang lalu, orang-orang di Indonesia dalam bulan ini mempunyai 2 tahun baru yang mempunyai makna tersendiri bagi yang merayakannya, tahun baru yang dimaksud adalah Tahun baru HIjiriyah bagi Umat Islam dan tahun baru masehi bagi seluruh umat manusia di Bumi ini. Hal ini adalah sebuah fenomena yang menarik untuk kita kaji dan renungkan bersama.
Tahun baru hijiriyah diperingati oleh umat Islam karena hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Mekkah ke MAdinah demi menyelamatkan syiar Islam pada saat itu. Nah, perpindahan Nabi Muhammad bersama kaum Muhajirrin inilah diperingati oleh umat Islam sebagai tahun Baru dalam kalender Islam.
Sedangkan, tahun baru masehi sebab asal-usulnya juga tidak aku ketahui darimana refernsi yang jelas. Tapi, berhubungan dengan tahun baru Masehi akan aku deskripsikan seperti ini. Pada saat tahun baru bakal menjelang, menjamur berbagai pedagang terompet. Kalau sudah banyak pedagang terompet berjualan di pinggir jalan, berarti tahun baru tidak bakal lama lagi.
Menjelang tahun baru pun, pusat-pusat perbelanjaan mengadakan diskon besar-besaran hingga mencapai 75%. Hal ini dikarenakan semua pelaku bisnis dan pemerintah akan mengadakan “Tutup buku” dalam isitilah akuntansinya. Sehingga walaupun mereka mengadakan diskon besar-besaran mereka tidak akan rugi karena keuntungan sudah di dapat sebelumnya. Dengan kata lain, berbagai pusat perbelanjaan akan mengadakan cuci gudang barang-barang mereka.
Hal yang identik dengan Tahun baru lagi adalah acara tengah malam berupa pesta kembang api yang merupakan acara puncak dalam setiap perayaan tahun baru. Semua stasiun televisi baik negeri maupun swasta bakal meliput perayaan tahun baru, mereka biasanya akan menghitung bersama-sama saat menjelang tahun baru akan datang dan ditutup dengan perayaan kembang api yang menggelegar di tengah malam. Warna kembang apinya mewarnai seantero langit pada malam itu dan asapnya membumbung tinggi laksana batang pohon beringin yang sangat besar berada di atas kepala kita. Semua orang takjub saat itu.
Setelah malam tahun baru berlalu beberapa detik menit saja. Saat dimana orang beru saja mengucapakan selamat tahun baru, dan saat sebagian orang berdoa tentang masa depannya di tahun yang akan datang, mereka semua bubar dan kembali dalam kegiatan masing-masing. Sebagian besar anak muda ingin menghabiskan malam berdua saja. Ada sekelompok-sekelompok anak muda yang lain berkumpul dengan teman-teman sebaya mengadakan kegiatan “bakar-bakaran”, bakar jagung, bakar ayam, atau juga bakar ikan bersama.
Namun, apa yang terjadi setelah itu? Setelah pesta usai, semua yang malam tadi larut dalam kebahagian mulai tidur dengan lelapnya. Lalu di balik dinginnya malam itu juga banyak muncul pemulung-pemulung untuk mengkais-kais sisa-sisa makanan di sampah-sampah manusia yang sebelumnya merayakan tahun baru. Mereka yang tersisihkan menanggapi lain dengan makna tahun baru. Bagi mereka tidak mungkin ada perayaan tahun baru bagi mereka-mereka ini. Yang ada dalam mereka hanyalah bagaimana bisa bertahan hidup dari tahun ke tahun sehingga setiap pergantian tahun bagi mereka ibarat lalat yang lewat di depan mereka. Mereka tidak menghiraukan bagaimana tahun ini berganti. Pagi harinya pun sampah-sampah bekas perayaan manusia-manusia yang berkelakuan hura-hura malam tadi berserakan dimana-dimana.
Inilah fenomena tahun baru yang merupakan ungkapan emosional sesaat. Tahun baru yang dilewatkan dengan berbagai perayaan yang megah dan pesta kembang api yang meingindahkan malam itu. Tapi, semua ini hanyalah sebuah ceremonial yang sesaat dan hanya pada saat malam itu saja. Setelah pesta usai semua kembali dalam kebodohan masing-masing yang dilakukan oleh umat manusia itu sendiri.
Makna tahun baru memang ditanggapi beragam oleh berbagai orang. Namun, memang kebanyakan banyak yang menanggapi dengan perayaan seperti contoh di atas yang pada hakikatnya merupakan sebuah kesia-siaan belaka. Ada pula yang menanggapi tahun baru ini dengan biasa saja, tanpa ada sebuah sermonial yang berarti bagi mereka. Bagi mereka yang berpendapat seperti ini, tahun baru atau tidak itu tidak penting. Mereka adalah kelompok orang yang “tersisihkan” seperti contoh di atas. Namun, ada juga sekelompok orang yang melewatkan tahun baru dengan sebuah perenungan yang mendalam. Sebuah perenungan akan kegiatan yang telah mereka lakukan setahun belakang. Perenungan dengan mensunyikan diri dari keramaian demi mencari kekurangan diri dalam berbuat setahun kemarin dan ingin memperbaikinya di tahun yang akan datang
Tahun baru itu tetap ada satu. Namun penanggapannya yang berbeda dari kita semua membuat keragaman dalam menaggapi tahun baru ini. Bukanlah pakaian apa dan kegiatan apa yang akan kita pakai saat tahun baru nanti. Tapi, bagaimana kita menyikapi kekurangan kita dalam tahun kemarin dengan arif dan melakukan langkah yang lebih maju dalam tahun depan. Selamat tahun baru!
Selasa, 28 Desember 2010
HAL YANG IDENTIK DAN MAKNA>>DI TAHUN BARU
19.05
Edelwis


0 komentar:
Posting Komentar